Rasakan

Sebelum mulai membaca, silahkan pejamkan kedua matamu terlebih dahulu. 

Tarik nafas terpanjang yang pernah dilakukan dalam hari ini, ulangi sebanyak tiga kali. Rasakan. 

Masih dalam kondisi mata terpejam, bayangkan.. Hujan yang begitu deras, tidak seorang pun tahu kapan akan berhenti, yang muncul tiba-tiba hanya air yang tidak kuasa lagi menahan dirinya mulai masuk ke rumahmu. Di luar rumah, suasananya pun liar, air memenuhi jalan, menenggelamkan berbagai bangunan dan banyak kendaraan. 

Sesaat setelah membayangkan, kamu berdoa di dalam hati, semoga bagi dia yang mengalaminya diberikan kekuatan dan segera diselesaikan. 

Bagaimana perasaannya?

Kalau kamu yang mengalaminya, aku harap kamu lebih lega. Kalau bukan kamu yang mengalaminya, aku harap kamu bisa merasakan dengan nyata apa yang dirasakan oleh mereka yang mengalaminya. 

Sekarang, bisa dilanjutkan membacanya. Jika tidak berkenan pun, aku sudah senang kamu sempat hadir di sini.

Surabaya, Sabtu 20 Februari 2021, 09:14

“Dik, rumah di Jakarta bagaimana, aman atau ikut kebanjiran?”

Kira-kira begitu bunyi pesan singkat dari seorang ibu tetangga di depan rumah, katanya lagi setelah saya menjawab, “Di TV, Jakarta banjirnya kayak gitu dik”. Sebelumnya saya menjawab Alhamdulillah tidak kebanjiran dan berterima kasih sudah ditanyakan. Padahal sesaat menerima pertanyaan tersebut, jujur saja, saya tidak tahu, karena pagi itu belum ngobrol dengan mama atau siapa pun yang ada di rumah sana, ditambah lagi saya tidak menonton TV. Akhirnya saya bertanya dulu ke mama, menanyakan kabar di sana barulah menjawab pertanyaan ibu tadi.

Kenyataannya pertanyaan saya tentang banjir di sana, mama menjawab iya, tapi saya menegaskan kembali pertanyaannya, “Di rumah enggak, kan, ma?”. Bersyukur, memang tidak, namun di sekitar ada titik-titik terdekat dari rumah kami yang mengalami penuhnya air yang tak terkendali, merendam rumah, barang-barang yang mengapung, melayang, atau bahkan tenggelam. Di dalam pembicaraan tersebut, kami hanya meratap dan saling mengungkapkan rasa iba. 

Lalu, di sosial media silih berganti banyak sekali yang mengunggah informasi terkini mengenai kondisi banjir ini. Ada yang berisi keluhan tentang kejadian, ada  juga yang merasa iba atau mendoa, ada juga yang menyampaikan kekecewaan atas gagalnya, katakanlah pemerintah, untuk mengendalikan perubahan iklim yang saat ini menjadi krisis yang dirasakan di mana-mana. Termasuk, di ibu kota kita, DKI Jakarta. 

Lantas bagaimana ini bisa terjadi? Ada beberapa hal yang saya temukan, bahkan masih sama dengan tahun lalu di tanggal 1 Januari 2020, saat Jakarta dan sekitarnya juga mengalami air yang tak terkendali memenuhi.

Antara curah hujan dengan drainase

Gubernur DKI Jakarta memberikan penjelasan, Jakarta dan sekitarnya mengalami hujan yang intensif semalaman, sebelum Sabtu pagi air sudah duduk di mana-mana. Catatan dari BMKG sebagai acuan, curah hujan tersebut mencapai 226 milimeter (mm). Dari catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan sampai 226 mm, sangat lebat, bahkan masuk ke dalam kategori hujan ekstrem. Banyaknya air yang jatuh ke permukaan ternyata tidak dibarengi dengan yang menangkap untuk dialirkan atau diresap. Sistem drainase yang kapasitasnya untuk menampung curah hujan 50-100 mm sudah pasti ngos-ngosan mengejarnya, tidak mampu. Pada akhirnya tidak terbendung luapannya. 

Singkat saja: Krisis Iklim

Tidak asing ya, dengan kata hujan ekstrem? Atau mungkin lebih familiar lagi dengan fenomena ekstrem? Telah dibenarkan adanya perubahan iklim global oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, sepertinya musim kekeringan dan hujan basah jangka panjang. Berdasarkan data historis yang dihimpun oleh BMKG, periode ulang fenomena El Nino dan La Nina tersebut terjadi 5-7 tahun sekali dalam kurun waktu 1950-1980 sementara tercatat bahwa dalam kurun 1981-2019 periode ulang menjadi lebih singkat yaitu, 2-3 tahun. Sementara, peningkatan intensitas hujan selama 30 tahun terakhir juga beriringan dengan fenomena tersebut dan kenaikan temperatur bumi. Kemudian rangkaian kondisi ini dapat disebut sebagai krisis iklim yang mana kondisi krisis yang dialami oleh kita semua yang disebabkan oleh perubahan iklim. Iya, artinya yang di Jakarta 20 Februari 2021 kemarin dan sebelumnya di awal 2021 atau bahkan 2020 lalu merupakan kondisi krisis iklim. Menurut hemat saya, ini tidak dapat dihindari untuk saat ini, kita dapat melihat banyak hasil pemantauan dan penelitian sains sudah banyak mengemukakan banyak hal tentang krisis iklim. Kemungkinan besar pernah dengar, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim? Kondisi yang secara ekstrem, entah kita dapat berharap dengan siapa lagi selain Tuhan, kita juga harus siap dengan tindakan adaptasi. Misalnya, siap perahu karet di rumah? Bercocok tanam atau punya ternak di rumah agar tetap tahan pangan? Terdengar jenaka atau aneh ya, tapi mungkin saja pemikiran-pemikiran yang belum pernah ada sebelumnya memang harus kita munculkan, yang pada akhirnya baik untuk memitigasi kondisi yang lebih parah lagi atau bahkan sebagai bentuk adaptasi.

Peran kita?

Lantas, apa yang telah dan harus saya lakukan? Sebagai contoh, saya sendiri, berada jauh di timur pulau Jawa, apa hubungannya dengan banjir Jakarta. Saya tidak merasa pernah membuang sampah sembarangan di sana, menebang pohon atau mendirikan bangunan di daerah yang seharusnya menjadi ruang terbuka hijau untuk resapan air, atau bahkan saya bukan juga yang merencanakan ukuran drainase di Jakarta yang telah ada sejak lama? Apa peran saya?

Peran itu bisa dimulai dari hilir ke hulu, kalau sudah kondisi bencana alam seperti ini tentu menempatkan kaki kita di sepatu mereka yang mengalami menjadi hal yang pas, mendoakan yang terbaik, segera usai dan bahkan memberikan bantuan langsung, yang sudah banyak tersedia wadahnya saat ini.

Terakhir, fenomena ini ada kaitannya dengan fenomena global, apakah artinya kita semua terhubung ya? Banyak hal, banyak hal.. Semoga setelah merasakan hal apapun saat membaca tulisan ini, menjadi tergerak untuk berpikir bersama, apa peran saya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: